PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun
peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut. Hal ini hanya
dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses
maupun produk pembelajaran.
Evaluasi
memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi
tercakup di dalamnya penilaian. Siapapun yang melakukan tugas mengajar, perlu
mengetahui akibat dari pekerjaan-nya. Pendidik harus mengetahui sejauhmana
peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah diajarkan.
Sebaliknya, peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil
pekerjaannya. Hal ini hanya dapat diketahui jika seorang pendidik (guru)
melakukan evaluasi. Sebelum melakukan evaluasi, maka guru harus melakukan
penilaian yang didahului dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar adalah cara
pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang
disebut skor. Penilaian hasil belajar adalah cara menginterpretasikan skor yang
diperoleh dari pengukuran dengan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur
tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan. Sebenar-nya penilaian
hasil belajar sudah mencakup pengukuran hasil belajar, sehingga instrumen/ alat
pengukuran sering disebut sebagai instrumen/alat penilaian.
Ada
sebagian ahli pendidikan menyamakan arti evaluasi dengan penilaian, tetapi
sesungguhnya evaluasi memiliki arti yang lebih luas, yaitu penggunaan hasil
penilaian untuk mengambil keputusan, seperti untuk menentukan kelulusan,
penempatan, penjurusan, dan perbaikan program. Oleh karena itu bertapa
pentingnya evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar (KBM) maka penulis memilih
judul dalam makalah ini “alat – alat evaluasi” untuk menambah wawasan para
pembaca umumnya.
RUMUSAN
MASALAH
Sesuai
dengan apa yang kita sampaikan sebelumnya bahwa makalah ini akan membahas alat
– alat evaluasi, maka yang akan menjadi rumusan masalahnya kali ini yaitu :
1.
Penilaian hasil belajar
2.
Jenis alat evaluasi
pembelajaran
B. TUJUAN PENULISAN
Dengan
adanya makalah alat – alat evaluasi pembelajaran ini di harapkan menambah
wawasan para pembaca dan pengetahuan khususnya mengenai alat – alat evaluasi
pembelajaran, dan juga dapat berguna sebagai acuan kita sebagai calon pendidik
untuk proses kegiatan belajar mengajar nantinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENILAIAN
HASIL BELAJAR
Evaluasi
hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan atau cara yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara
penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau
penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai
berdasarkan norma kelas.
Siswa yang paling besar skor yang didapat di
kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya.
Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa
tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang
dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan
jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.
Dalam PAP ada passing grade atau
batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas
lulus yang telah ditetapkan. Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk
memberikan penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya
yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil belajar
adalah menyusun alat evaluasi.
Indikasi kemampuan guru dalam
penyusunan alat-alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan
bentuk alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat tes yang telah disusun
pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Berikutnya
adalah memilih bentuk soal, apakah soal objektif atau uraian, tergantung tujuan
penilaian yang akan dilakukan.
Soal objektif membuatnya lama, biasanya
hanya mengukur aspek kognitif tingkat rendah, dan ada kemungkinan peserta didik
menebak jawaban, namun kelebihannya mudah dan cepat mengoreksinya, mencakup
banyak materi, dan objektivitas tinggi. Sedangkan soal uraian memiliki
kelebihan dan kelemahan sebaliknya. Ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan jika guru akan membuat soal objektif maupun uraian, diantaranya:
a. Soal bentuk
benar-salah Diusahakan jumlah kunci jawaban B dan S seimbang (tidak harus
sama). Usahakan jumlahnya lebih dari 50 butir soal agar dapat memenuhi
validitas isi. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum dan kompleks. Hindarkan
kata yang berarti tak tentu, seperti umumnya, biasanya, kebanyakan.
b. Soal bentuk
menjodohkan Jumlah butir alternatif jawaban dibuat lebih banyak. Jumlah butir
soal maksimal 5 dan jumlah butir alternatif jawaban maksimal 7. Usahakan butir
soal dan butir alternatif mengenai hal yang homogen.
c. Soal bentuk
pilihan ganda Memenuhi kualitas dari aspek konstruksi, seperti tidak
menggunakan kalimat negatif (apalagi negatif ganda), pertanyaan harus
tegas/tidak meragukan, tidak boleh menje-bak (misal memberi data yang
sebenarnya tidak digunakan dalam perhitungan), dan butir soal tidak bergantung
pada butir sebelumnya (merugikan siswa). Memenuhi kualitas dari aspek bahasa,
seperti kalimat yang komunikatif, tidak menimbulkan penafsiran ganda,
menggunakan bahasa umum yang baku, dan meng-hindari penggunaan kata yang
bermakna tidak tentu, misal kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, pada
umumnya. Petunjuk tidak boleh menggunakan kata “paling benar”, karena soal
objektif tidak mengenal gradasi kebenaran. Kalimat soal (stem) lebih panjang
daripada kalimat pada option. Panjang option homogen. Pola jawaban kunci tidak
saistematis/teratur.
d. Soal uraian
Soal uraian dikatakan soal subjektif karena besar kemungkinan masuknya unsur
pribadi dalam proses koreksi atau penilaian oleh berbagai sebab, seperti
jawaban yang tidak tentu (terutama pertanyaan yang memerlukan penalaran dalam
menjawab), faktor kenal peserta didik, tulisan, dan suasana hati.
B. JENIS ALAT
EVALUASI PEMBELAJARAN
Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Teknik Non-Tes
a. Angket (Questionaire)
Angket
adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis
yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Angket dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Angket
langsung yaitu menjawab atau mengisi angket itu adalah subjek yang diselidiki
sendiri.
2. Angket tak
langsung yaitu menjawab atau mengisi angket itu adalah bukan subjek yang
diselidiki sendiri.
Berdasarkan bentuknya, angket dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Angket
terbuka.
2. Angket
tertutup.
Berdasarkan atas aspek-aspek
kepribadian yang diselidiki, angket dibedakan menjadi dua yaitu : angket umum
dan angket khusus.
Keuntungan angket :
1. Bila lokasi
responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah
dengan angket.
2. Pertanyaan-pertanyan
yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau
responden dalam jumlah banyak.
3. Dengan
angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan
temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
4. Dengan
angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa
terkesan terpaksa.
Kelemahan angket :
1. Apabila
penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah
kurang tepat.
2. Metode ini
kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
3. Jawaban yang
diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari pertanyaan.
Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat
berubah setelah melihat pertanyaan dilain nomor.
4. Sulit bagi
peneliti untuk mengetahui maksud dari apakag sudah responden sudah terjawab
atau belum.
5. Ada
kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena
kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden
menjawab.Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam teknik quisione.
b. Wawancara (Interview)
Interview atau sering disebut juga wawancara mempunyai
definisi suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara
pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan nonverbal dan mempunyai tujuan
tertentu yang spesifik.
Ada dua macam tipe tujuan interview. Pada konseling
untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan mencari
penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif untuk memperoleh data penelitian.
Tujuan (
kedudukan ) wawancara
ü Discovery,
yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek kualitatif dari suatu
masalah.
ü Pengukuran
psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan dalam
rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis
permasalahan subjek dan usaha mengatasi masalah tersebut.
ü Pengumpulan
data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau
pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengan cara wawancara
karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada
kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan
kuesioner pada peniliti.
Kelebihan
ü Flexibility.
Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang
dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka
dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi
tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika suatu
pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat
menundanya.
ü Nonverbal
Behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa
suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan
dijawab oleh responden.
ü Question
Order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat
memahami maksud penelitian secara baik, sehingga responden dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.
ü Respondent
alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh
responden yang telah ditetapkan.
ü Greater
complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang mudah
dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit
dan mendetail.
ü Completeness.
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
Kelemahan :
ü Mengadakan
wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan
juga mungkin biaya.
ü Interview
Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan
dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin,
etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden
dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
ü Keberhasilan
wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan
hubungan antar manusia (human relation).
ü Wawancara
tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di
lokasi-lokasi ribut dan ramai.
ü Sangat
tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek
wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
ü Jangkauan
responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket dan biaya
yang relatif yang lebih mahal.
c. Pengamatan (Observation)
Observasi
adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis mengenai tingkah laku melihat atau mengamati individuatau kelompok
secara langsung.
Kelebihan dari observasi adalah
sebagai berikut :
a. Data yang
dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi. Kadang
observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh
sebelumnya dari individu-individu.
b. Dapat
melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang rumit
kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
c. Dapat menggambarkan
lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan,
penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
d. Dapat
mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
Sedangkan kekurangannya adalah
sebagai berikut :
a. Umumnya
orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan
pekerjaannya dengan tidak semestinya.
b. Pekerjaan
yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan pekerjaan
tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau
volume-volume kegiatan tertentu.
c. Dapat
mengganggu proses yang sedang diamati.
d. Orang yang
diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan
sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
d. Inventori
(inventory)
Inventori
pada hakekatnya tidak banyak berbeda dengan angket. Inventori mengandung
sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka mengetahui sikap, pendapat dan
perasaan siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Data sebagai informasi umumnya
telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda, yang harus dipilih siswa.
e.Daftar cek (checklist)
Bila kita
melakukan tes secara tertulis dan secara lisan, maka kita hanya mengukur
kemampuan siswa dalam daerah kognitif saja. Sistem tes tertulis (pencil and paper test) seperti itu
tidaklah mungkin dapat mengungkapkan kemampuan siswa dalam hal keterampilan.
Perubahan tingkah laku dalam hal sikap, minat, dan penyesuaian diri perlu
mendapat perhatian yang tak dapat diungkapkan hanya dengan tes lisan dan
tulisan.
Oleh karena
itu perlu tes lain, yaitu tes perbuatan. Yang dimaksud dengan daftar cek adalah
sederetan pertanyaan atau pernyataan yang dijawab responden dengan membubuhkan
tanda cek (√) pada tempat yang telah disediakan. Adapun skala bertingkat adalah
sejenis daftar cek dengan kemungkinan jawaban terurut menurut tingkatan atau
hierarki.
2.Teknik Tes
a. Tertulis (written
test)
Tes adalah
suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a. Tes itu
adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya
adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b. Alat itu
telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu.
Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan
objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
c. Dengan
adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil
yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya
benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d. Bahwa dengan
dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat
dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu
data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e. Sedang
keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud serta
alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang
kecakapan anak dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan
tes bahasa, dan sebagainya.
Bentuk Tes Tulis :
1. Tes
Subyektif
Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
a. Tes uraian
bentuk bebas atau terbuka
b. Tes uraian
bentuk terbatas
Kelebihan tes Subyektif :
ü Pembuatannya
mudah dan cepat
ü Dapat
dicegah timbulnya spikulasi dikalangan siswa
ü Dapat
mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa
ü Siswa
terdorong berani mengungkapkan pendapatnya
Kekurangan :
ü Kurang
representatif/ mewakili materi karena soal terbatas
ü Cara
mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu
ü Dalam penilaiannya
tester dapat bersifat subyektif
ü Koreksinya
tidak dapat diwakilkan orang lain
ü Validitas
(daya ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan mengukurr ) pada
umumnya rendah
2. Tes Obyektif
Tes obyektif ada lima macam yaitu :
1. Bentuk benar
salah
Soal-soalnya
berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada
yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
2. Bentuk
menjodohkan
Matching
test dapat
kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau
menjodohkan. Matching test terdiri atas
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
3. Bentuk isian
Completion
test biasa
kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian
yang kita minta dari murid.
4. Bentuk
pilihan ganda
Multiple
choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Atau Multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan
jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan
jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh.
Beberapa
jenis bentuk pilihan ganda :
ü Melengkapi
lima pilihan
ü Asosiai
dengan lima atau empat pilihan
ü Melengkapi
berganda
ü Analisis
hubungan antar hal
ü Analisis
kasus
ü Hal kecuali
ü Hubungan
dinamik
ü Pemakaian
diagram, grafik, peta atau gambar
Kelebihan :
ü Lebih
representatif
ü Dalam
menilai tester lebih objektif
ü Mengoreksinya
mudah
ü Mengoreksinya
dapat minta bantuan orang lain
ü Butir-butir
soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda, validitas
dan relibialitasnya
Kelemahan :
ü Menyusunnya
sulit
ü Kurang dapat
mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
ü Terbuka
kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
ü Siswa dapat
mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)
b.Lisan (oral test)
Tes lisan
adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Thoha (2003:61) menjelaskan
bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya
menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan
dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a.
Tes lisan bebas
Yaitu
pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman
yang dipersiapkan secara tertulis
b. Tes lisan
berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang
akan ditanyakan kepada peserta didik.
Kelebihannya :
ü Dapat
menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap,
serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
ü Bagi peserta
didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran
dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta
didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
ü Hasil tes
dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahannya
:
ü Subjektivitas
pendidik sering mencemari hasil tes,
ü Waktu
pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
c. Perbuatan (performance test)
Tes
perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,
melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai
tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya
dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang
diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk
formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang
sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Dalam
pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu
bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu
bangun ruang dan menunjukkan semua bidang diagonal serta diagonal bidang,
membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat, dan
sebagainya. Misalnya, coba praktekkan bagaimana mencari rumus volume kerucut
dari alat yang disediakan yakni sebuah tabung dan sebuah kerucut yang ukurannya
sama serta pasir.
No comments:
Post a Comment