Social Icons

Saturday, October 4, 2014

Evaluasi Pembelajaran

BAB 1
PENDAHULUAN 
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran.
Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Siapapun yang melakukan tugas mengajar, perlu mengetahui akibat dari pekerjaan-nya. Pendidik harus mengetahui sejauhmana peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah diajarkan. Sebaliknya, peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya. Hal ini hanya dapat diketahui jika seorang pendidik (guru) melakukan evaluasi. Sebelum melakukan evaluasi, maka guru harus melakukan penilaian yang didahului dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor. Penilaian hasil belajar adalah cara menginterpretasikan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan. Sebenar-nya penilaian hasil belajar sudah mencakup pengukuran hasil belajar, sehingga instrumen/ alat pengukuran sering disebut sebagai instrumen/alat penilaian.
Ada sebagian ahli pendidikan menyamakan arti evaluasi dengan penilaian, tetapi sesungguhnya evaluasi memiliki arti yang lebih luas, yaitu penggunaan hasil penilaian untuk mengambil keputusan, seperti untuk menentukan kelulusan, penempatan, penjurusan, dan perbaikan program. Oleh karena itu bertapa pentingnya evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar (KBM) maka penulis memilih judul dalam makalah ini “alat – alat evaluasi” untuk menambah wawasan para pembaca umumnya.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan apa yang kita sampaikan sebelumnya bahwa makalah ini akan membahas alat – alat evaluasi, maka yang akan menjadi rumusan masalahnya kali ini yaitu :
1.      Penilaian hasil belajar
2.      Jenis alat evaluasi pembelajaran
B.     TUJUAN PENULISAN
Dengan adanya makalah alat – alat evaluasi pembelajaran ini di harapkan menambah wawasan para pembaca dan pengetahuan khususnya mengenai alat – alat evaluasi pembelajaran, dan juga dapat berguna sebagai acuan kita sebagai calon pendidik untuk proses kegiatan belajar mengajar nantinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENILAIAN HASIL BELAJAR
Evaluasi hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas.
 Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan terting­gi di kelasnya. Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh sis­wa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasar­kan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.
Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan. Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan pe­nilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ pe­nilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi.
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat di­gambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, ka­rena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat pe­nilaian hasil belajar. Berikutnya adalah memilih bentuk soal, apakah soal objektif atau uraian, tergantung tujuan penilaian yang akan dilakukan.
Soal objektif membuatnya lama, biasanya hanya mengukur aspek kognitif tingkat rendah, dan ada kemungkinan peserta didik menebak jawaban, namun kelebihannya mudah dan cepat mengoreksinya, mencakup banyak materi, dan objektivitas tinggi. Sedangkan soal uraian memiliki kelebihan dan kelemahan sebaliknya. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan jika guru akan membuat soal objektif maupun uraian, diantaranya:
a.       Soal bentuk benar-salah Diusahakan jumlah kunci jawaban B dan S seimbang (tidak harus sama). Usahakan jumlahnya lebih dari 50 butir soal agar dapat memenuhi validitas isi. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum dan kompleks. Hindarkan kata yang berarti tak tentu, seperti umumnya, biasanya, kebanyakan.
b.      Soal bentuk menjodohkan Jumlah butir alternatif jawaban dibuat lebih banyak. Jumlah butir soal maksimal 5 dan jumlah butir alternatif jawaban maksimal 7. Usahakan butir soal dan butir alternatif mengenai hal yang homogen.
c.       Soal bentuk pilihan ganda Memenuhi kualitas dari aspek konstruksi, seperti tidak menggunakan kalimat negatif (apalagi negatif ganda), pertanyaan harus tegas/tidak meragukan, tidak boleh menje-bak (misal memberi data yang sebenarnya tidak digunakan dalam perhitungan), dan butir soal tidak bergantung pada butir sebelumnya (merugikan siswa). Memenuhi kualitas dari aspek bahasa, seperti kalimat yang komunikatif, tidak menimbulkan penafsiran ganda, menggunakan bahasa umum yang baku, dan meng-hindari penggunaan kata yang bermakna tidak tentu, misal kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, pada umumnya. Petunjuk tidak boleh menggunakan kata “paling benar”, karena soal objektif tidak mengenal gradasi kebenaran. Kalimat soal (stem) lebih panjang daripada kalimat pada option. Panjang option homogen. Pola jawaban kunci tidak saistematis/teratur.
d.      Soal uraian Soal uraian dikatakan soal subjektif karena besar kemungkinan masuknya unsur pribadi dalam proses koreksi atau penilaian oleh berbagai sebab, seperti jawaban yang tidak tentu (terutama pertanyaan yang memerlukan penalaran dalam menjawab), faktor kenal peserta didik, tulisan, dan suasana hati.
B.     JENIS ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN
Secara keseluruhan, teknik dan bentuk  evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut :
1.      Teknik Non-Tes
a.      Angket (Questionaire)
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Angket dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Angket langsung yaitu menjawab atau mengisi angket itu adalah subjek yang diselidiki sendiri.
2.      Angket tak langsung yaitu menjawab atau mengisi angket itu adalah bukan subjek yang diselidiki sendiri.
Berdasarkan bentuknya, angket dibedakan menjadi dua yaitu :
1.      Angket terbuka.
2.      Angket tertutup.
Berdasarkan atas aspek-aspek kepribadian yang diselidiki, angket dibedakan menjadi dua yaitu : angket umum dan angket khusus.
Keuntungan angket :
1.      Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan angket.
2.      Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
3.      Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
4.      Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.
Kelemahan angket :
1.      Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah kurang tepat.
2.      Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
3.      Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan dilain nomor.
4.      Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakag sudah responden sudah terjawab atau belum.
5.      Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab.Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam teknik quisione.
b.      Wawancara (Interview)
Interview atau sering disebut juga wawancara mempunyai definisi suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan nonverbal dan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik.
Ada dua macam tipe tujuan interview. Pada konseling untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif untuk memperoleh data penelitian.
Tujuan ( kedudukan ) wawancara
ü  Discovery, yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek kualitatif dari suatu masalah.
ü  Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjek dan usaha mengatasi masalah tersebut.
ü  Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengan cara wawancara karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan kuesioner pada peniliti.
Kelebihan
ü  Flexibility. Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika suatu pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat menundanya.
ü  Nonverbal Behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
ü  Question Order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga responden dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
ü  Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah ditetapkan.
ü  Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
ü  Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
Kelemahan :
ü  Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
ü  Interview Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
ü  Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human relation).
ü  Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
ü  Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
ü  Jangkauan responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket dan biaya yang relatif yang lebih mahal.
c.       Pengamatan (Observation)
Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku melihat atau mengamati individuatau kelompok secara langsung.
Kelebihan dari observasi adalah sebagai berikut :
a.       Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
b.      Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
c.       Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
d.      Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut :
a.       Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
b.      Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau volume-volume kegiatan tertentu.
c.       Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
d.      Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
d. Inventori (inventory)
Inventori pada hakekatnya tidak banyak berbeda dengan angket. Inventori mengandung sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka mengetahui sikap, pendapat dan perasaan siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Data sebagai informasi umumnya telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda, yang harus dipilih siswa.
e.Daftar cek (checklist)
Bila kita melakukan tes secara tertulis dan secara lisan, maka kita hanya mengukur kemampuan siswa dalam daerah kognitif saja. Sistem tes tertulis (pencil and paper test) seperti itu tidaklah mungkin dapat mengungkapkan kemampuan siswa dalam hal keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam hal sikap, minat, dan penyesuaian diri perlu mendapat perhatian yang tak dapat diungkapkan hanya dengan tes lisan dan tulisan.
Oleh karena itu perlu tes lain, yaitu tes perbuatan. Yang dimaksud dengan daftar cek adalah sederetan pertanyaan atau pernyataan yang dijawab responden dengan membubuhkan tanda cek (√) pada tempat yang telah disediakan. Adapun skala bertingkat adalah sejenis daftar cek dengan kemungkinan jawaban terurut menurut tingkatan atau hierarki.
2.Teknik Tes
a.      Tertulis (written test)
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a.       Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b.      Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
c.       Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d.      Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e.       Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes  bahasa, dan sebagainya.
Bentuk Tes Tulis :
1.      Tes Subyektif
Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
a.       Tes uraian bentuk bebas atau terbuka
b.      Tes uraian bentuk terbatas
Kelebihan tes Subyektif :
ü  Pembuatannya mudah dan cepat
ü  Dapat dicegah timbulnya spikulasi dikalangan siswa
ü  Dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa
ü  Siswa terdorong berani mengungkapkan pendapatnya
Kekurangan :
ü  Kurang representatif/ mewakili materi karena soal terbatas
ü  Cara mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu
ü  Dalam penilaiannya tester dapat bersifat subyektif
ü  Koreksinya tidak dapat diwakilkan orang lain
ü  Validitas (daya ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan mengukurr ) pada umumnya rendah
2.      Tes Obyektif
Tes obyektif ada lima macam yaitu :
1.      Bentuk benar salah
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang  salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut  pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
2.      Bentuk menjodohkan
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
3.      Bentuk isian
Completion test  biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
4.      Bentuk pilihan ganda
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Beberapa jenis bentuk pilihan ganda :
ü  Melengkapi lima pilihan
ü  Asosiai dengan lima atau empat pilihan
ü  Melengkapi berganda
ü  Analisis hubungan antar hal
ü  Analisis kasus
ü  Hal kecuali
ü  Hubungan dinamik
ü  Pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar
Kelebihan :
ü  Lebih representatif
ü  Dalam menilai tester lebih objektif
ü  Mengoreksinya mudah
ü  Mengoreksinya dapat minta bantuan orang lain
ü  Butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda, validitas dan relibialitasnya
Kelemahan :
ü  Menyusunnya sulit
ü  Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
ü  Terbuka kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
ü  Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)
b.Lisan (oral test)
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.  Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan  menjadi dua yakni:
a.       Tes lisan bebas
Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
b.      Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
Kelebihannya :
ü  Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
ü  Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
ü  Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahannya :
ü  Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
ü  Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
c.       Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Dalam pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukkan semua bidang diagonal serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat, dan sebagainya. Misalnya, coba praktekkan bagaimana mencari rumus volume kerucut dari alat yang disediakan yakni sebuah tabung dan sebuah kerucut yang ukurannya sama serta pasir.

No comments:

Post a Comment

 
Blogger Templates